Kamis, 11/04/2013 18:13 WIB
Jakarta - Banyak perusahaan manufaktur mengalami masalah pada sistem payroll mereka. Menyadari hal tersebut, perusahaan software lokal Andal fokus menggarap segmen ini, berjualan software untuk kepentingan payroll.
Jadi secara garis besar, strategi utama andal di indonesia lebih ke berjualan produk paket yang fokus di payroll. Untuk saat ini gak ada kompetitornya karena cuma Andal yang ada di segmen ini.
"Perusahaan manufacturing itu karena sangat banyak orangnya, paling banyak masalah di payroll. Misalnya surat perintah lembur terlambat masuk payroll, lembur atau absen gak terekam jadi bolong-bolong masuk ke sistem payroll," kata Direktur Andal Software Indra Sosrodjojo ditemui dalam media gathering di Din Tai Fung, Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis (11/4/2013).
Dikatakan pria berkacamata ini, itulah sebabnya perusahaan manufacturing membutuhkan solusi software untuk sistem payroll yang tepat. Ini juga yang membuat Andal optimistis menggarap segmen ini.
"Dalam 2-3 tahun ke depan, kami masih akan main di payroll. Pemainnya di sini sekitar 100-an perusahaan," katanya.
Dari market opportunity 20 ribu customer, Andal menargetkan hingga 2015 mereka sudah punya 500 customer. Saat ini, pengguna software payroll Andal adalah 200 customer.
"Saya rasa itu sudah cukup banyak. Pertumbuhan Andal sendiri terbilang eskponensial," ujarnya.
Fokus ke segmen enterprise menengah ke atas, Andal pun kini semakin mengerucutkan spesifikasi produknya untuk segmen tersebut. Jika dulu mereka punya aplikasi untuk UKM seperti pengelolaan keuangan Smart GL, produk tersebut sudah tak lagi mereka jual sejak 2004.
Selain sistem payroll, sejak 2001 Andal Software juga fokus menggarap aplikasi untuk Human Resources, PPh 21 dan attendance yang bernama Andal Kharisma dan Andal PayMaster.
(rns/ash)
Jadi secara garis besar, strategi utama andal di indonesia lebih ke berjualan produk paket yang fokus di payroll. Untuk saat ini gak ada kompetitornya karena cuma Andal yang ada di segmen ini.
"Perusahaan manufacturing itu karena sangat banyak orangnya, paling banyak masalah di payroll. Misalnya surat perintah lembur terlambat masuk payroll, lembur atau absen gak terekam jadi bolong-bolong masuk ke sistem payroll," kata Direktur Andal Software Indra Sosrodjojo ditemui dalam media gathering di Din Tai Fung, Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis (11/4/2013).
Dikatakan pria berkacamata ini, itulah sebabnya perusahaan manufacturing membutuhkan solusi software untuk sistem payroll yang tepat. Ini juga yang membuat Andal optimistis menggarap segmen ini.
"Dalam 2-3 tahun ke depan, kami masih akan main di payroll. Pemainnya di sini sekitar 100-an perusahaan," katanya.
Dari market opportunity 20 ribu customer, Andal menargetkan hingga 2015 mereka sudah punya 500 customer. Saat ini, pengguna software payroll Andal adalah 200 customer.
"Saya rasa itu sudah cukup banyak. Pertumbuhan Andal sendiri terbilang eskponensial," ujarnya.
Fokus ke segmen enterprise menengah ke atas, Andal pun kini semakin mengerucutkan spesifikasi produknya untuk segmen tersebut. Jika dulu mereka punya aplikasi untuk UKM seperti pengelolaan keuangan Smart GL, produk tersebut sudah tak lagi mereka jual sejak 2004.
Selain sistem payroll, sejak 2001 Andal Software juga fokus menggarap aplikasi untuk Human Resources, PPh 21 dan attendance yang bernama Andal Kharisma dan Andal PayMaster.
(rns/ash)
sumber : inet.detik.com/read/2013/04/11/173152/2217961/398/mengeruk-untung-dari-software-payroll?i991101105
0 komentar:
Posting Komentar
please your comment n thanks ^.^